IMPRESIF.COM – Maman Abdurahman pernah mencapai masa prime bersama PSIS Semarang di Liga Indonesia 2006, tapi generasi emas Persik Kediri mematahkan pencapai gemilang sang pemain. Simak cerita selengkapnya di artikel ini.
Maman Abdurahman resmi mengumumkan pensiun atau gantung sepatu dari sepak bola profesional di usia 43 tahun.
Lahir di Jakarta pada 12 Mei 1982, kemampuan olah bola Maman Abdurahman dipoles Persijatim Jakarta Timur (kini Sriwijaya FC).
Maman Abdurahman memulai karier bersama Persijatim sejak junior, tepatnya pada tahun 1998, saat usianya 17 tahun.
Tiga tahun bersama tim junior Persijatim, Maman Abdurahman menjalani karier profesional pada tahun 2001 saat Persijatim pindah kandang ke Solo.
Sejak itu, dia menjalani karier profesional yang panjang, selama dua dekade lebih, tepatnya 24 tahun sejak debut bersama Persijatim Solo FC pada 2001.
Tak banyak pesepakbola di Indonesia, bahkan dunia yang bisa menempuh perjalanan karier panjang selama dua dekade lebih seperti Maman Abdurahman.
BACA JUGA: Persik Kediri Resmi Rekrut Pemain Jebolan Klub Jerman dan SAD Uruguay, Begini Rekam Jejaknya
Saat berseragam Persijatim, kemampuan Maman Abdurahman sebagai seorang bek memang sudah diakui dan di masa mudanya dia diramal bakal jadi pemain bertahan yang tangguh.
Penilaian itu terbukti ketika Maman Abdurahman memutuskan bergabung dengan PSIS Semarang pada tahun 2005.
Bersama Mahesa Jenar, Maman Abdurahman bisa dikatakan mencapai masa prime atau puncak karier.
Di musim keduanya bersama PSIS, Maman Abdurahman bahkan nyaris membawa Mahesa Jenar juara.
PSIS yang kala itu, juga diperkuat sejumlah pemain terbaik di masanya seperti M Ridwan, Harry Salisbury dan lainnya, menembus final Liga Indonesia 2006.
Di laga puncak, PSIS berhadapan dengan Persik Kediri yang berlangsung di Stadion Manahan, Solo, pada Minggu, 30 Juli 2006.
Di depan sekira 30 ribu penonton, duel final Ligina 2006 antara PSIS vs Persik Kediri berlangsung sengit hingga harus dilanjutkan ke perpanjangan waktu.
Final Ligina 2006 jadi duel antara Maman Abdurahman bersama PSIS dengan predator kotak penalti paling berbahaya saat itu, Cristian Gonzales yang diandalkan Persik.